ISTIMEWA: sifat umum dari alat ukur

Sunday 9 November 2014

sifat umum dari alat ukur

A.SIFAT UMUM DARI ALAT UKUR
Alat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia, dengan demikian ketidak sempurnaan adalah merupakan ciri utama. Meskipun alat ukur dibuat dan direncanakan dengan cara yang paling seksama, ketidaksempurnaan tidak bisa dihilangkan sama sekali dan hanya dalam batas-batas tertentu merekadiamggap sebagai cukup baik untuk digunakan dalam suatu proses pengukuran.
Sifat-sifat alat ukur terdiri dari :
1.      Rantai kalibrasi /mampu usut
Meskipun hubungan antara perubahan jarak yang terjadi pada sensor dan perubahan harga yang ditunjukan pada petunjuk/pencatat dapat dihitung dan direncanakan secara teoritis, akan tetapi pada akhirnya setelah alat ukur selesai dibuat, harus dilakukan suatu kalibrasi yaitu mencocokan harga-harga (bukan satu harga) yang tercantum pada skala alat ukur dengan harga-harga standar (harga “sebenarnya”). Kalibrasi bukan saja diharuskan pada alat ukur yang baru dibuat, akan tetapi diwajibkan pula untuk alat ukur yang telah lama dipakai.. hal ini perlu dilakukan untuk menghindari “penipuan” dari alat ukur, karena satu dan lain hal misalnya keausan dari komponen-komponenya.
Untuk menjamin hubungannya dengan sauna standar panjang maka alat ukur yang digunakan oleh perator mesin perkakas ( alat ukur kerja ) dapat diperiksa melaalui suatu rantai kalibrasi sebagai berikut :
·         Tingkat 1.
Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.

·         Tingkat 2.
Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.

·         Tingkat 3.
Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar dari tingkatan yang  lebih tiggi ( standar nasional atau yang telah ditera secara nasional)
·         Tingkat 4.
Kalibrasi standar nasional dengan standar meter.

2.      Kepekaan (sensitivity)
Setiap alat ukur mempunyai suatu kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu perbedan yang relative kecil dari harga yang diukurr. Dalam segala hal dikehendaki suatu hubungan yang linear antara penunjukan dengan harga yang diukur. Oleh karena itu skala pada alat ukur hanya dibuat sepanjang daerah yang linear, dan diluar itu mungkin hubungan tersebuttidak linear lagi.

3.      Kemudahan baca ( readability )
Kemampuan system penunjukan dari alat ukur untuk memberikan suatu angka yang jelas dan berarti dinamakn “ kemudahan baca ”. dengan membuatskala nonius dan/atau membuat garis-garis skala yang tipis dengan jarak yang kecil serta jarum penunjuk yang tipis memungkinkan kemudahan baca dari penunjuk alat ukur dipertinggi.

4.      Histeris
Histeris adalah penyimpangan tang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara continiu dari dua arah yang berlawanan, yaitu mulai dari skala nol hingga skala makssimum kemudian diulangi lagi dari skala maksimum hingga skala nol.

5.      Kepasifan ( passivity ) atau kelambatan reaksi
Kepasifan merupakan kejadian dimana suatu perbedaan/perubahan kecil dari harga yang diukur tidak menimbulkan suatu perubahan apapun pada jarum penunjuk. Kepasifan pada alat ukur mekanis disebabkan oleh pengaruh kelembaban .

6.      Pergeseran ( shifting, drift)
Apabila terjaadi suatu perubahan hrga yang ditunjukan pada skala atau yang dicatat pada kertas grafik, sedangkan sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan maka kejadian itu disebut dengan pergeseraan.

7.      Kestabilan Nol ( zero stability )
Apabila benda ukur diambil seketika maka jarum penunjuk harus kembali ke posisi semula.

8.      Pengambangan ( floating )

Pengambangan terjadi apabil jarum penunjuk selalu berubah posisi atau angka terakhir/paling kanan dari penunjuk digital berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan sensor yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur.

No comments:

Post a Comment